Selasa, Mei 21, 2013

Rp 1000 Rupiah, Hingga Ke Kantor Polisi


Tulisan ini hanya sharing pengalaman. Pada  hari Minggu tahun 2006,  siang raja siang tidak kalah memancarkan cahaya panas yang membakar jantung kota Nabire, yang sekarang dijuliki sebagai teluk cendrawasih. Terik mata hari pada siang hari itu seolah tidak mengisinkan masyarakat Kabupaten Nabire tidak beraktivitas. Seusai gereja kami mengunjungi rumah sakit RSUD [Rumah Sakit Umum Daerah] kabupaten Nabire, setelah mengunjugi kami pulang ke rumah. 

Kami yang pulang dari yaitu, Marius, Agus, dan Kris sesampai di jalan basar kris ikut jalan potong menuju rumah, sedangkan Agus dan Marius menuju rumah lawat jalan raya. Kami setiba di pertigaan jalan menuju masuk rumah, depan gereja katolik Kristus Raja Nabire, jalan inipula di gunakan masyarakat menuju pasar sore, tempat berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup sebagai makluk penghuni kolong bumi.

Senin, Mei 13, 2013

Meeuguo Okogoo

Di tepi danau Tigi tepatnya, di Pulau Duamo hidup satu keluarga. Keluarga ini terdiri dari seorang ayah dan ibu serta tujuh anaknya. Keluarga ini memelihara satu ekor Anjing dan Babi yang selalu menemani mereka dalam melaksanakan kegiatan.   

Suatu hari mereka merencanakan, untuk keesokan harinya akan mencari undang dari arah Duamo ke Bomou dan sebaliknya. Maka seharian itu,  mereka mempersiapkan bekal. Keesokan harinya pagi-pagi buta mereka (Ibu dan ketuju anaknya serta Babi dan Anjing) menggunakan perahu kecil (Koma) ke arah Bomou. 

Kisah Nyata: Satu Liang Kubur

Kehidupannya Gedeyaitawi

Di Gunung Dadiyai tepatnya di Yigiwata. Hiduplah Gedeyaitawi di lereng Gunung Dadiyai sungguh  indah karena semuannya tersedia dan alam sangat menjanjikan untuk melansungkan hidup. Gedeyaitawi sendiri memunyai seorang adik laki-laki tetapi telah meninggal sebelum beranjak dewasa.

Karena itu Gedeiyaitawi, hidup seorang diri di antara keluarga itu. Kehidupan Gedeyaitawi diantara masyarakat itu baik dan menjalankan aktivitasnya dengan masyarakat di lereng Gunung Dadiyai itu dengan baik.

Gedeyaitawi juga hidup diantara masyarakat yang mengatur rumahnya di lereng Gunung Dadiyai tepatnya daerah Yigiwata.  Ketika Gedeyaitawi baranjak desawa ia ingin menikahi seorang Gadis untuk menemaninya dalam hidupnya seperti laki-laki lainnya di daerah itu.

Jumat, April 19, 2013

Burung Cendrawasih



Dikalah tiba pagi
Burung cendrawasih berkicau
Mengingatkan saya
Anak-anak negri Papua

Dikalah tiba siang
Terdengar nyayian burung cendrawasih
Hanya terucap dari bibirku
Papua ada dalam hatiku

Papua


Papua…
Hanya engkaulah pujaan hatiku
Karena engkau jantung dari penjuruh dunia
Alammu yang kaya rebutan dunia ini


Papua…
Engkau pulau mirip burung cendrawasih
Yang selalu menjadi operasi Kaum Kapitalis
Kolonialis dan Militeris

Media Online

http://majalahselangkah.com/
http://tabloidjubi.com/http://freewestpapua.org/


http://phaul-heger.blogspot.com/

http://www.wartapapuabarat.org/

http://suarakritingfree.blogspot.com/


http://musafirkebebasan.blogspot.com/

http://ampjogja.blogspot.com/

http://www.arnoldbelau.com/

http://tangisantanah.blogspot.com/

http://knpbnews.com/

http://www.malanesia.com/

http://www.jdp-dialog.org/

http://www.umaginews.com/

http://www.karobanews.com/
http://www.pogeapi.com/