Selasa, Mei 21, 2013

Rp 1000 Rupiah, Hingga Ke Kantor Polisi


Tulisan ini hanya sharing pengalaman. Pada  hari Minggu tahun 2006,  siang raja siang tidak kalah memancarkan cahaya panas yang membakar jantung kota Nabire, yang sekarang dijuliki sebagai teluk cendrawasih. Terik mata hari pada siang hari itu seolah tidak mengisinkan masyarakat Kabupaten Nabire tidak beraktivitas. Seusai gereja kami mengunjungi rumah sakit RSUD [Rumah Sakit Umum Daerah] kabupaten Nabire, setelah mengunjugi kami pulang ke rumah. 

Kami yang pulang dari yaitu, Marius, Agus, dan Kris sesampai di jalan basar kris ikut jalan potong menuju rumah, sedangkan Agus dan Marius menuju rumah lawat jalan raya. Kami setiba di pertigaan jalan menuju masuk rumah, depan gereja katolik Kristus Raja Nabire, jalan inipula di gunakan masyarakat menuju pasar sore, tempat berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup sebagai makluk penghuni kolong bumi.


Setiba dipertigaan jalan mobil tulisan Kijan, Stop depan kami untuk menurunkan penumpang dari pelabuhan Samabusa. Mobil stop lalu menurunkan penumpang orang Papua lalu dia membayar Rp 5000, sedangkan ongkosnya Rp 6000, lalu penumpang minta maaf kepada sopir karena kurang 1000. Pada saat itu juga sopir tidak terima lalu, memaksa penumpang tetap bayar Rp 6000, tetapi masyarakat itu tetap mempertahankan karena memang belum ada uang. 

Orang Papua=Binatang

Setelah terjadi aduh mulut, tawar menawar maka secara tidak sengaja sopir mengeluarkan kata-kata yang tidak senang di terima  oleh masyarakat. Kata-kata yang dikeluarkan “ajing, Babi, Bintang, kamu orang Papua itu sama saja, kaya binatang. Lalu karena Marius tidak terima maka Marius mengatakan kepada sopir secara spontan  bahwa “Manusia itu jangan kamu samakan dengan binatang, apa lagi tadi kamu bilang kita orang papua itu sama dengan bintang, saya sebagai orang papua tidak terima, maksudnya menasehati. Sebelum melanjutkan perkataan tersebut sopir sudah angkat kunci Inggris yang biasa digunakan untuk memperbaiki mobil lalu memukul di kepalannya Marius hingga  berdarah.

Setelah itu Marius dan teman-teman yang ada disekitarnya mengeroyok sopir mobil kijang tersebut hingga babak belur. Setelah itu ia pergi, sebelum ia pergi, dia mengatakan “ saya akan lapor polisi jadi kamu tunggu” katanya. Setelah itu semua orang ada disitu bubar”. Setelah kurang lebih satu jam polisi tiba dengan dua mobil sabara dan 1 truk polisi dengan maksud kedatangan mereka yaitu, menangkap Marius dan teman-teman lainnya. Polisi tidak Tanya-tanya siapa pelaku tetapi mereka langsung menembak satu peluruh ke Udara. Lalu karena masyarakat tidak terima maka terjadilah  saling adu otot antara polisi dan masyarakat.

Sebelumnya panas lansung menjadi panas manusia yang melakukan pukul, terjadi konflik antara polisi dengan masyarakat. Polisi mengunakan senjata sedang masyarakat mengunakan alat tradisional yaitu, anak panah. Pada saat itu terjadi perlawanana antara  masyarakat dan polisi. Sebelumnya polisi mereka turunkan truk satu saja tetapi bertambah menjadi  10 truk yang diturunkan.  Dalam hal ini tidak terjadi korban jiwa tetapi luka-luka di  masyarakat karena dipukuli oleh popor senjata. 

Penyiksaan

Dalam masalah ini polisi menangkap Marinus, Marius. Lalu membawa ke Kantor Polisi Nabire.  Selama perjalanan Marinus disiksa, dengan memukulnya dia mengunakan popor [ujung] sejata, milik Negara yang bermasud untuk melindungi dan mengayom masyarakat. Setelah polisi membawa tiga pemuda ke kantor polisi maka masyarakat menggunakan truk untuk kekantor Polres kabupaten Nabire, yang kini dijuluki sebagai kota emas, untuk menyelesaikan masalah tersebut. Situasi Nabire  pada saat itu  menjadi kelabu, atau situasi yang tidak memungkinkan bagi masyarakat beraktivitas seperti biasa.

Setiba dikantor polisi Marinus, Marius dimasukan dalam sel, didalam mereka dapat pukul dari polisi, hingga babak belur. Polisi  memukul mengunakan senjata, dan menendang kepala Marinus dengan sepatu laras, sakit dan pedih yang terjadi  pada dia tetapi dia tetap bertahan saja. Sebelumnya, Marinus mengatakan kepada polisi bahwa jangan memukul adik-adik mereka berdua ini karena mereka adalah adik-adik saya jadi kalau mau memukul berarti memukul saya saja. Marinus tidak saja dapat  pukul, tetapi tikam di kepala sekitar empat kali mereka mengunakan pisau sangkur biasa di bawah oleh polisi, untuk menikam orang tersebut.

Stigma OPM

Setelah beberapa saat kemudian polisi mendatangi dia di dalam sel lalu mananyakan kepada dia, dalam menanyakan, secara spontan ada polisi satu yang mengatakan Polisi: Kamu OPM kah? Tanya polisi. Marinus uga bertanya balik pada Polisi, Bapak, OPM itu apa kah?. Jawab Polisi: Orang-orang yang selalu mengacaukan situasi di tanah Papua too. Marinus: Bapak, berarti polisi-polisi Papua yang ada disini juga termasuk OPM sambil menunjuk Polisi orang papua yang ada di dalam situ. Mereka pantas menanyakan hal tersebut kepada Marinus kerena Marinus memunyai rambut yang gimbal. Karena sudah ada stigmatisasi terhadap orang papua bahwa yang memunyai rambut gimbal adalah OPM, Makar, Sparatis. Dan tidak heran bila Polisi Papua beranggapan bahwa orang papua yang memunyai rambut gimbal itu, OPM.

Setelah itu, polisi mengambil tangan Marinus  lalu suruh taruh diatas meja, maksud mereka untuk mematahkan tangannya, mengunakan ujung senjata yang biasa dibawah oleh polisi. Terjadi tawar menawar di dalam sedangkan polisi menang dan memberikan tangan tersebut lalu polisi mencoba untuk mematahkan tetapi tidak patah juga, setelah itu polisi mencoba untuk menikam, dikepala juga tetapi hal tersebut tidak jadi. Segala penyiksaannya mereka bertiga lalui pada saat dalam sel.
Kini tiba saatnya, sang raja siang hampir tertelan dari  pelanet bumi, dan mulai merambat untuk hilang di ufuk barat. Pejabat daerah turun tangan menyelesaikan masalah tersebut. Marinus keluar dari dalam kaadaan tidak ada bentuk muka, karena dapat pukul samapi babak belur. Marinus Keluar tidak ada bentuk muka.

Itu cerita penyiksaan polisi Nabire terhadap masyarakat Nabire, Papua Marinus dan Marius, Karena Rp.1000. (Ado.dt).

0 komentar:

Media Online

http://majalahselangkah.com/
http://tabloidjubi.com/http://freewestpapua.org/


http://phaul-heger.blogspot.com/

http://www.wartapapuabarat.org/

http://suarakritingfree.blogspot.com/


http://musafirkebebasan.blogspot.com/

http://ampjogja.blogspot.com/

http://www.arnoldbelau.com/

http://tangisantanah.blogspot.com/

http://knpbnews.com/

http://www.malanesia.com/

http://www.jdp-dialog.org/

http://www.umaginews.com/

http://www.karobanews.com/
http://www.pogeapi.com/