Oleh: Agustinus Dogomo*)
Manusiaadalah makluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain dalamkelangsungan hidup. Dalam masyarakat memunyai kebisaan atau pun adaaturan yang sudah di sepakati bersama. Aturan yang sudah disepakati bersama itulah yang menjadi budaya, dan bahasa juga termasuk salah satuunsur budaya yang tidak terlapas dari kehidupan kita sehari-hari. Bahasa daerah merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksidengan orang lain yang menghuni di suatu daerah.
Bahasa daerahmenunjukan, budaya, sejarah, jati diri (Identitas) suatu suku bangsayang mendiami di suatu wilayah tertentu. Bahasa daerah juga di sebutdengan bahasa ibu. Mengapa saya mengangkat topik tersebut diatas? Karena saya mengamati banyak anak muda yang lupa dengan bahasa daerahnya.Ada teman-teman ketika ditanya tetang bahasa daerah pasti ada yang mengatakan saya tidak tahu bahasa daerahku.
Penulisdan teman-taman penulis pernah melakukan penelitian waktu SMA untukmembuat makalah memenuhi nilai praktek bahasa Indonesia dan sosiologitentang “Pengaruh Sosial Budaya Luar Terhadap Bahasa Daerah DikalanganAnak Muda” kami focus di salah satu sekolah dan SMA yang siswanya
mempunyai budaya yang berbeda.
Setelah kami melakukan penelitiantersebut maka kami menyimpulkan ada tiga kategori tentang penutur bahasa daerah atau ibu yaitu kelompok pertama, bisa mendengar dan bisa menuturkan, kelompok ke dua, bisa mendengarkan tetapi berat untuk menuturkan, kelompok ketiga, tidak bisa mendengarkan dan menuturkan.
Selain itu, Kepala Pusat Bahasa, Dendy Sugono pernah memaparkan, di Indonesia, ada ada sejumlah bahasa daerah yang punah. Di Papua misalanya, sedikit ada sembilang bahasa daerah yang sudah dianggap punah yaitu bahasa Bapu, Darbe, Wares, (kabupaten Sarmi), bahasa Taorta dan waritai (Jayawijaya), dan bahasa Loegenyem (Rajaampat) dan nasib serupa juga menimpah bahasa di Maluku (baca: htt://www.kompas. com). (Pendapat ini penulis kutip dari majah selangkah, halaman: 24)
Jadi, Kalau anak muda lupa dengan bahasa daerah maka meraka lupa dengan budaya, sejarah, identitas atau jati diri mereka. Di sini bukan berarti kita tidak boleh belajar bahasa Indonesia tetapi tetap belajar tetapi jangan lupa belajar bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut di atas yaitu:
pertama, Orang Tua; Orangtua mempunyai peranan penting dalam mendidik anaknya. Maka Seharusnya mengajarkan bahasa daerah kepada anaknya, supaya anaknya itu tahu tentang bahasa daerahnya. Karena kalau orang tuanya mengajarkan bahasa daerahnya maka secara tidak langsung ia mengajarkan budayanya. Tetapi kenyataan yang sekarang terjadi, orangtua sakarang cenderung megajarkan anak-anaknya dengan bahasa Indonesia. Orangtua juga belum menyadari bahwa kita juga memunyai bahasa daerah adalah bahasa ibu.
Kedua Tempat Kelahiran; Kalau anak tersebut di lahirkan dari tempat orang lain (daerah lain) maka dia tidak akan tahu bahasa daerahnya. Kalau dia tidak diajarkan oleh orangtuanya, karena orang tua mempunyai tanggungjawab untuk mendidik anaknya. Saya melihat yang lahir di kota cenderung mengunakan bahasa Indonesia, karena diajarkan bahasa Indonesia. Ini saya menulis sesuai dengan fakta, ketika saya datang sekolah di SMA saya banyak menemukan anak-anak tidak bisa bahasa daerahnya karena hidup dan lahir dikota. Sebenarnya orang tuanya harus membawah anak tersebut ke daerahnya dan perkenalkan bahasa daerah dan budayanya.
Ketiga:Lingkungan; Lingkungan hidup sangat mempengaruhi anak dalam hal apa saja ketika di terlepas dari orangtuanya. Kalau anak tersebut hidup dalam lingkungan biasa mengunkan bahasa Indonesia terus maka secara tidak langsung dia akan terpengaruh. Karena bahasa indonesialah yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari (interaksi) dengan teman-teman dan orang sekitar dia.
Ketiga:Kawin Campur;Kawin campur adalah pertemuan antara kedua budaya yang berbeda dan memiliki bahasa yang berbeda pula. Dengan pertemuan kedua buday ini maka dampaknya akan di terima oleh anaknya, jika anaknya tidak di ajarkan bahasa daerah, kerena pasti dirumah mereka mengunakan bahasa Indonesia. Anak akan binggung mau ikut bahasa mama atau bapaknya. Maka anak tidak akan tahu nama bahasa daerah dan budaya. Beruntung kalau kedua orang tuanya mengajarkan anak-anaknya budaya dan bahasa bapak dan ibunya.
Solusinya, pertama; melakukan kongres bahasa daerah danmembuat rancangan peraturan daerah untuk pemeliharaan bahasa daerah, kedua; harus ada pelajaran bahasa daerah dalam pelajaran di sekolah, ketiga; bahasa daerah harus dijadikan sebagai materi dalam muatan lokal, keempat: orang tua harus wajib mengajarkan anaknya bahasa daerah, kelima; membuat kamus bahasa daerah tetapi ini sangat berat, keempat; teman-teman yang tidak tahu bahasa daerah bisa belajar sama
teman yang tahu bahasa daerah.
Kesimpulan bahasa daerah adalah bahasa ibu, salah satu unsur budaya, jati diri (identitas diri) yangsekarang di pengaruhi oleh budaya luar. Akhir kata mari kitamempertahankan bahasa daerah karena barang siapa yang melupakan bahasaatau tidak tahu bahasa daerah maka dia sudah lupa ibunya, budayanya,
dan jati dirinya.
Penulis: Mahasiswa Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD" Yogyakarta